x

Selamat Harlah ke-65: Apakah Jhon Qudsi dari PMII Cabang Katolik?

waktu baca 3 menit
Sabtu, 19 Apr 2025 03:04 0 46 Redaksi Satu

Saya merasa terpanggil, pada ulang tahun PMII kali ini, untuk sekadar mengucapkan: selamat hari lahir, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Yang ke-65, bila tak salah hitung. Di sanalah, dalam lorong-lorong diskusi dan perdebatan, saya banyak belajar. Dari para sahabat dan sahabati di PMII Komisariat UNZAH, terutama di Rayon Al-Irsyad.

Mereka mengajak saya duduk. Bicara. Merenung. Dari filsafat hingga politik. Topik-topik yang, awalnya, terdengar asing. Tapi mereka tidak menggurui. Mereka mengajak berpikir.

Dalam beberapa kesempatan, saya pernah diajak menyaksikan proses masa penerimaan anggota baru (Mapaba) PMII. Menyaksikan mereka, para calon kader pergerakan, dengan mata yang menyala. Entah kenapa, saya tak pernah terlalu paham hubungan antara saya dan PMII. Terlalu jauh, atau dekat tapi saya tak menyadari.

Kalau ditelusuri ke belakang, saya pertama kali bertemu dengan sahabat Fais dari Rayon Al-Irsyad di Perpusda Kabupaten Probolinggo. Basa-basi saja, soal kampus dan kuliah. Tapi ternyata, ia telah membaca banyak buku Filsafat.

Kemudian, ia mengajak saya ke forum diskusi malam di alun-alun Kraksaan. Di situlah saya pertama kali berinteraksi dengan pengurus Rayon Al-Irsyad. Saya memanggilnya Yon Jeki. Ia tidak banyak bicara, tapi ketika berbicara ia seperti tahu banyak hal yang saya belum tahu.

Saya diajak ke rapat konsolidasi. Tentang demonstrasi menuntut transparansi anggaran daerah. Saat itu, kami menuntut Pj Bupati Probolinggo. Di sanalah saya mulai berpikir: gagasan, ide, itu tak bisa tinggal di kepala. Harus diucap. Harus diperjuangkan. Harus disuarakan.

Hubungan saya dengan teman-teman PMII UNZAH pun kian erat. Merambat ke ruang-ruang kelas, ke acara internal mereka, saya punya sedikit bekal di dunia sastra, terutama puisi. Dan, entah bagaimana, kami menemukan kesamaan napas. Mungkin karena kami sama-sama mengagumi buku.

Bahkan, ada yang mengira saya mahasiswa. Anggota PMII. Mungkin karena saya sudah terlanjur jatuh pada dunia aktivisme.

Barangkali di antara mereka bertanya-tanya, “PMII cabang mana?”

Dengan senyum kecil, ingin saya menjawab, “Saya dari PMII cabang Katolik.”

Itu gurauan, tentu saja. Tapi juga bentuk rasa cinta. Karena sebelum saya mengenal PMII secara formal, saya sudah lebih dulu mencintai Mahbub Djunaidi sang pendiri dengan tulisan-tulisannya yang tajam dan jenaka. Ia mengkritik Orde Baru dengan cara yang halus tapi menusuk. Ia mengubah kritik.

Ada satu kutipan darinya yang saya ingat. Dikutip oleh Sujiwo Tejo, bunyinya kira-kira begini:

“Jangan kau kira menulis adalah pekerjaan sunyi. Cepat atau lambat, tulisan itu akan menyebar.”

Praktisi hukum, Khofy Al Qurtuby. Ia menitipkan pesan melalui tulisan ini:

“Saat ini, menurut saya, mahasiswa harus meminta salinan APBD Kabupaten Probolinggo tahun 2025.

Supaya tahu sumber primer. Jangan hanya polemik di media.

Temanya: aktivisme mahasiswa membangun demokrasi dan transparansi pasca dinasti.

Banyak mahasiswa bicara infrastruktur, tapi tak punya data primer.”

Meski sudah lewat berapa hari, 17 April 2025, ulang tahun ke-65 PMII. Selamat hari lahir ideologi pergerakan. Mohon maaf lahir dan batin, jangan menyerah terhadap segala bentuk penindasan dan ketidakadilan.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x